Mahathir yang sekular !
Pandangan saudara Ibnu fadzil dari emailnya, mengenai kenyataan Mahathir, jelas menggambarkan kecelaruan pemikiran dan ceteknya ilmu Mahathir mengenai ajaran Islam. Bagi mereka yang sering mengikuti perkembangan ucapan dan pemikiran mahathir, ucapan diatas adalah pelengkap dan penambahan koleksi Mahathir yang sering mengeluarkan pandangan yang menghina Islam.
Sebahagian daripada kata-kata Mahathir yang dipetik dari Majalah al Islam, bulan Mac 2011
Sesunggunya Rasulullah diutuskan untuk melengkapkan ajaran Islam termasuklah satu sunnah yang diajar oleh baginda dalam soal politik dan pemerintahan seperti semasa baginda di Madinah. Ajaran inilah yang membayangi Jamaah Islam diseluruh dunia dan di malaysia adalah PAS bagi melaksanakan cita-cita islam tersebut.
Setelah wafatnya baginda Rasulullah maka, ulamaklah menjadi ikutan dan panduan umat Islam sehingga akhir zaman seperti Sabda Rasulullah " Ulama adalah pewaris kepada para nabi". Suka saya memetik satu tulisan dari Majalah Hidayatullah seperti dibawah:-
Majalah Hidayatullah, Desember 2007. Akhir-akhir ini banyak umat Islam yang sudah berani melecehkan para ulama dan tidak menghormati mereka lagi, ini adalah salah satu tanda akhir zaman…padahal dalam Islam, para ulama mendapatkan kedudukan yang sangat terhormat sekali. Diantaranya adalah apa yang disebutkan Allah swt dalam salah satu firman-Nya :
” Wahai orang-orang beriman taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rosul-Nya dan ulil amri di antara kamu ” (QS An Nisa’ : 59 )
Dalam ayat tersebut, Allah swt memerintahkan orang-orang yang beriman untuk mentaati Allah , Rosul-Nya dan ulil amri. Hanya saja ketaatan kepada Allah dan Rosul-Nya adalah ketaatan mutlak, sedangkan ketaaatan kepada ulil amri tergantung kepada ketaatan mereka kepada Allah dan Rosul-Nya. Adapun maksud dari ulil amri dalam ayat tersebut menurut Ibnu Abbas ra, sebagaimana yang disebutkan oleh Imam Thobari dalam tafsirnya adalah para pakar fiqh dan para ulama yang komitmen dengan ajaran Islam. Sedangkan Ibnu Katsir berpendapat bahwa ulil amri di atas mencakup para ulama dan umara ( pemimpin ).
Ini sesuai dengan apa yang kita dapati dalam perjalanan sejarah Islam pertama, bahwa Rosulullah saw adalah sosok ulama dan umara sekaligus. Begitu juga para khulafa’ rasyidin sesudahnya : Abu Bakar, Umar, Ustman dan Ali, begitu juga beberapa khalifah dari bani Umayah dan bani Abbas. Namun dalam perkembangan sejarah Islam selanjutnya, sangat jarang kita dapatkan seorang pemimpin negara yang benar-benar paham terhadap Islam. Dari sini, mulailah terpisah antara ulama dan umara. Dalam posisi seperti ini, manakah yang harus kita taati terlebih dahulu, ulama atau umara ? Kalau kita perhatikan ayat di atas secara seksama, akan kita dapati bahwa ketaatan kepada ulil amri tergantung kepada ketaatan mereka kepada Allah dan Rosul-Nya.
Sedang orang yang paling mengetahui tentang perintah Allah dan Rosul-Nya adalah para ulama, dengan demikian ketaatan kepada para ulama didahulukan daripada ketaatan kepada umara, karena umara sendiri wajib mentaati ulama yang komitmen dengan ajaran Islam. Dalam hal ini Ibnu Qayyim dalam bukunya ” I’lam Al Muwaqi’in ” ( 1/9 ) menyatakan : ” Pendapat yang benar adalah bahwa para umara’ hanya boleh ditaati jika mereka memerintahkan kepada sesuatu yang berdasarkan ilmu, hal itu bisa terwujud jika para umara’ tersebut mengikuti para ulama, karena ketaatan itu hanya diwajibkan pada hal-hal yang baik –baik saja dan berdasarkan ilmu. Oleh karenanya, kita mentaati ulama, karena mereka mentaati Rosulullah saw, begitu juga kita mentaati umara’ karena mereka mentaati para ulama . ”
Semuga kita terus dilindungi oleh Allah SWT dari pemikiran yang karut dan sesat. (Cina Islam)
April 3, 2011 at 3:06 AM
Wak ! Apa yg teman faham dr petikan tersebut ialah, Tun mengatakan yg Ugama itu suci, politik itu kotor. Di dalam keadaan begitu, pemisahan perlu ada !